Keranjang Anda kosong!
Komunitas Kanot Bu pernah menjadi salah satu komunitas peserta Piasan Seni, satu event seni yang diselenggarakan Pemerintah Kota Banda Aceh. Sejak pertama kegiatan ini diselenggarakan, tahun 2012, Komunitas Kanot Bu selalu mendapat kesempatan mengisi salah satu stand dengan berbagai karya-karya yang pernah diproduksi orang-orang di komunitas. Pada Agustus 2014, ketika Piasan Seni terselenggara untuk ketiga kalinya, Komunitas Kanot Bu mengajukan satu lini aksinya sebagai perwakilan. geulanceng, (dengan g kecil) lini aksi perwakilan yang dimaksud.
Itu adalah lini aksi fundraising komunitas yang memproduksi kaos-kaos dengan desain-desain khas Aceh. Yaitu desain-desain bertemakan isu-isu sosial keacehan, mulai dari konflik, politik, sosial, pendidikan dan juga budaya. Di Piasan Seni pada Agustus 2014 itu, geulanceng membawa beberapa produknya untuk dipajang di stand selama pameran berlangsung. Sebagian besarnya adalah produk kaos dengan desain bertemakan konflik. Desain tema ini dipilih sebagai upaya orang-orang komunitas untuk mengajak para pengunjung Piasan Seni waktu itu agar tidak melupa pada konflik yang pernah mendera Aceh.
Salah satu desain kaos yang paling banyak mendapat perhatian pengunjung selama Piasan Seni 2014 berlangsung adalah Artefak Darurat Militer. Berupa kaos bersablon KTP Merah Putih sebagai desainnya. Sebagaimana judulnya, KTP Merah Putih adalah satu atribut konflik yang paling melekat bagi masyarakat Aceh selama masa perang belum juga reda. Itu kartu identitas penduduk yang hanya dikeluarkan di Aceh oleh Penguasa Darurat Militer Daerah. Selama pemberlakuan KTP jenis ini, tidak sedikit rakyat Aceh yang meninggal karenanya. Sangat banyak pula yang mendapat perlakuan buruk tentara ketika pengurusan KTP ini.
Untuk desain kaos itu, banyak pengunjung yang mengaku merasa terkenang kembali pada masa-masa pahit konflik. Tapi diantara beragam komentar pengunjung, pernyataan para pelajar yang memadati stand pada satu siang yang terik adalah sesuatu hal yang membuat orang-orang di komunitas merasa lebih yakin bahwa produk seni bisa menjadi medium ajar terhadap apa pun. Itu dimulai ketika ada seorang pelajar yang bertanya apa maksud dari desain kaos Artefak Darurat Militer.
Transfer informasi berlangsung dengan sendirinya. Tapi kemudian berujung pada pertanyaan lain, “DOM itu apa?” oleh pelajar yang lainnya lagi.
Pertanyaan lanjutan para pelajar waktu itu membuat stand menjadi ruang diskusi dadakan. Lalu beberapa orang komunitas tampil memberi materi. Mencoba menguraikan Aceh dari sudut pandang yang mungkin tak ditemukan para pelajar di buku pelajaran sekolah. Hal keadaan tersebut makin menegaskan posisi Komunitas Kanot Bu dalam berkarya selanjutnya. Bahwa produk-produk seni atau kegiatan-kegiatan seni mesti memiliki pesan-pesan tertentu untuk diwacanakan kepada publik.
Pemahaman itulah yang hingga sekarang kerap didiskusikan di Bivak Emperom, markas Komunitas Kanot Bu, apakah itu berupa diskusi-diskusi umum, atau dalam bentuk diskusi-diskusi kecil. Darinya TerasSore, Ruang Studi Jama’ah, beragam pameran seni, dan kegiatan-kegiatan seni lainnya di selenggarakan pada tahun-tahun setelahnya.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.